Jatuh cinta sebelum “Jatuh”
cinta..
Ya kedua kata itu memang bisa dipisahkan saat semua
berbalik. Ketika kita jatuh cinta, berarti kita juga harus siap dengan “jatuh”
cinta. Ya mungkin yang terakhir ikut tidak seindah yang pertama. Eh tapi jadi
yang terakhir dan dinomersatukan itu membahagiakan hehehe. Begitulah kemungkinan yang akan kita terima
ketika kita jatuh cinta pada seseorang yang salah, bukannya salah sih tapi
tidak tepat. Sebenarnya masalah tepat tidak tepatnya itu yang tergantung kita,
tergantung bagaimana kita melihat dia diawal pertemuan. Ketika jatuh cinta itu
sudah sampai perasaan belum pada waktunya, pasti yang kita lihat dari si dia hanya
yang bagus-bagusnya saja. Ya bisa dibilang yang kita lihat itu yang membuat
kita jatuh cinta sama si dia, tanpa berfikir sisi lain dari dia. Bukannya su’uzon
juga. Tapi saya sendiri selalu begitu ketika saya jatuh cinta dengan seseorang,
entah mengapa.
Meninggalkan seseorang
yang (masih) kita cintai saja kadang menyakitkan, apalagi jika kita
ditinggalkan ?
Kadang seseorang harus memilih meninggalkan atau
ditinggalkan cepat atau lambat. Semua tergantung sama hubungan yang kita
jalanin. Ketika kita bertahan tapi menyakitkan, apa kita pantas masih tetap
tinggal pada seseorang yang tak bisa menjaga hati kita ?? ya mungkin untuk
sebagian orang bertahan itu adalah sebuah perjuangan cintanya, tapi kalau saya
buat apa bertahan kalau nyaman itu sudah tidak saya rasakan lagi WALAUPUN
sebenarnya saya masih sangat menyayanginya sampai detik ini (mungkin).
Pura-pura tak rindu
saja nyesek, apalagi pura-pura moveon ?
Ya itu yang sering saya lakukan selepas saya memilih untuk
pergi dari dia. Mungkin saya munafik, tapi saya cukup kuat untuk menahan semua
perasaan itu daripada saya harus merasakan sakit saat bersama dia. Walaupun saya
sering berkata “gue udah bisa moveon dari dia” tapi saya gapernah tau pasti
apakah saya ini sudah beneran move atau pengalihan saja ? karena kangen itu
masih ada ketika saya ingat setiap percakapan pendek diujung telepon.